Thursday, September 12, 2019

MEESJESWEESHUIS BOEBOETAN TE MARDI SANTOSO



foto dokumentasi pribadi, foto lama javapos.nl


Jika dibuat urutan kepemilikannya: Menurut javapos.nl, Meesjesweeshuis atau Panti Asuhan Putri Protestan dibangun pada tahun 1854 dan dipimpin oleh direktur Addy Duvekot sejak tahun 1936. Namun dibuku Oud Soerbaia menuliskan “Panti Asuhan Gadis baru di Boeboetan pada tahun 1913”, lalu berubah menjadi rumah sakit Mardi Santoso pada tahun 1951, lalu kepengelolaan beralih kapada geraja protestan pada tahun 1995 dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Griya Husada, lalu pada tahun 2007 berubah menjadi Restoran Halo Surabaya, karena persengketaan lahan pada tahun 2014 berhenti beroperasi sampai sekarang. Sama seperti bangunan-bangunan peninggalan Belanda lainnya, ciri gaya arsitektur art deco yang dapat dilihat dari jendela berukuran besar, pilar-pilar berukuran besar sebagai pembatas ruangan. Serta interior lainnya seperti bagian pintu yang lebar, lalu bentuk ruangan luas dengan plafon menjulang tinggi. Konsep luas lebar dan tinggi ini disebut-sebut mengadaptasi dari cuaca kota Surabaya yang memang dari jaman dulu terkenal dengan suhunya yang sangat tinggi. Jadi dapat dikatakan Pemerintah Hindia Belanda memang membangun bangunan ini untuk menampung anak anak yatim piatu putri (didalam arsip foto sepertinya tidak hanya diperuntukan untuk yatim piatu dari Belanda saja tapi juga pribumi, tentunya pribumi yang memiliki kelas sosial tinggi) dan didalam panti asuhan ini juga sudah terdapat balai pengobatan, mungkin dari balai pengobatan inilah yang nantinya akan menjadi cikal bakal berdirinya Rumah sakit Mardi Santoso.

foto dokumentasi pribadi, foto lama javapos.nl

Perubahan fungsi dari Panti Asuhan Putri Protestan pada tahun 1854 , lalu berubah menjadi Rumah sakit Mardi Santoso oleh perkumpulan Mardisantoso, dan pada tahun 1995 pengelolaan dari perkumpulan Mardisantoso ke Gereja Protestan Indonesia bagian barat lalu beralih ke Yayasan kesehatan GPIB dan berubah nama menjadi Rumah sakit Griya Husada, sekitar tahun 2007an di mulai perubahan menjadi Restauran Halo Surabaya, berikut adalah informasi dari Bert Immerzeel (pengamat sejarah di Eropa), tentang Panti Asuhan Putri Protestan dari awal pembentukan sampai di jaman penjajahan Jepang, “kisah yang menarik melihat perjuangan pengurus panti tersebut. Sebelumnya pada jaman Belanda, bangunan ini hanya panti asuhan putri, dan didalam panti asuhan itu ada balai pengobatan”. Pada jaman jepang masih digunakan sebagai panti asuhan tapi pengelola yang berkebangsaan Belanda dilarangan mengelola panti asuhan ini dan dibawa ke kamp jepang dan pengelolaha panti asuhan ini diteruskan oleh orang non Belanda (entah pribumi atau Jepang sendiri). Pada jaman perang kemerdekaan (pasca Indonesia merdeka) bangunan ini tetap difungsikan sebagai panti asuhan, tapi balai pengobatan diberdayakan untuk melayani umum sebagai bentuk pelayanan masyarakat dari gereja yang menaunginya. Dalam pekembangannya balai kesehatan ini berkembang menjadi rumah sakit dan Pantai asuhan yang dulu terletak dibangunan utama berpindah kebangunan samping (bangunan sayap kanan dan kiri). Pada gambar foto terlihat bangunan utuh saat masih berupa panti asuhan. Dapat dilihat bangunan sayap kanan dan kiri. Sedangkan saat ini bangunan sayap kanan dan kiri sudah roboh dan hanya menyisakan bangunan utama. Terlihat puncak bangunan dan genting masih sama seperti aslinya. Tampak halaman belakang begitu luas. Karena tujuan awal dari bangunan ini diperuntukkan untuk panti asuhan dalam skala yang cukup besar, maka dari halaman belakang ini memang didesain seperti itu agar dapat menjadi area belajar dan bermain anak-anak panti asuhan.
foto dokumentasi pribadi, foto lama javapos.nl
Bagian dalam dilantai 2 bangunan utama dari panti asuhan bubutan : RS Mardi Santoso : halo surabaya Sebelumnya pada masa panti asuhan ini berdiri ruangan ini berfungsi sebagai tempat tidur dari anak-anak panti asuhan. Terlihat tempat tidur yang tertata rapi pada foto lama, selain itu karena memang panti asuhan ini dikhususkan untuk anak perempuan sehingga nampak pada foto lama anak-anak perempuan yang juga kemungkinan anak-anak pribumi. Dimasa rumah sakit Mardi Santoso ruangan ini menjadi ruangan utama dari rumah sakit tersebut. Dan ruangan dari panti asuhan pindah kebagian sayap kanan kiri dari bangunan utama. Jadi meski sudah beralih fungsi menjadi rumah sakit, fungsi dari panti asuhan tetap dipertahankan. Pada masa resto Halo Surabaya bangunan sayap kanan kiri dirobohkan dan hanya menyisakan bangunan utama untuk dijadikan resto. Banyak yang mengecam tindakan tersebut karena bangunan ini merupakan bagian dari bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah, terlebih di salah satu lokasi bagian depan terdapat tugu yang bertuliskan bahwa bangunan bersejarah ini merupakan Bangunan Cagar Budaya yang ditetapkan sesuai SK Walikota no urut 70. Sudah sepatutnya kita menjaga keutuhan bangunan itu sebagai bagian dari perjalanan sejarah panjang kota Surabaya.

Tugu bertuliskan SK Walikota yang menetapkan ex R.S Mardi Santoso sebagai bangunan cagar budaya

 berikut foto-foto keadaan ex R.S Mardi Santoso







SELAMATKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA
SELAMI KOTAMU DARI MASA LALU
JAGA KOTAMU DIMASA KINI
.
sumber:
Oud Surabaya, Von Faber
Javapos.nl
Surabaya Tempo Dulu (artikel Facebook)

Juara 1



No comments:

Post a Comment