Thursday, December 17, 2020

TEORI MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

KD yang diujikan:

3.7 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia

4.7 Mengolah informasi teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia dengan menerapkan cara berpikir sejarah, serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan

ISLAM DAN PERSEBARANNYA

Menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang Ceylon telah berdagang dan masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan dengan orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke Kanton. Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkan teori masuknya Islam dalam tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah GujaratIndia melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa. Selain itu pula, temuan Marco Polo juga menyatakan sebagai dampak interaksi orang-orang Perlak di Sumatra Utara, mereka telah mengenal Islam. Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan Schrieke, bahwa penyebaran Islam lebih terbantu lewat faktor-faktor politik alih-alih karena niaga. Pandangan lain dari AH Johns dan SQ Fatimi menyebutkan penyebaran Islam bertumpu pada imam-imam Sufi yang cakap dalam soal kebatinan, dan bersedia menggunakan unsur-unsur kebudayaan pra Islam dan mengisinya kembali dengan semangat yang lebih Islami. 

Berkas:Islam Indonesia Percentage Sensus2010.svg 

Peta persebaran pemeluk agama Islam di Indonesia menurut sensus tahun 2010

Di Pulau Sulawesi, Islam menyebar melalui hubungan Kerajaan-Kerajaan setempat dengan para Ulama dari Mekkah dan Madinah, yang sebelumnya pula sempat singgah di Hadramaut untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara. Selain itu, pengaruh dari Ulama Minang di wilayah Selatan pulau Sulawesi turut mengantarkan Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bone untuk memeluk agama Islam. Sementara itu, pengaruh dari Kesultanan Ternate turut berperan penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Sulawesi bagian tengah dan Utara. Salah satu buktinya adalah eksistensi Kesultanan Gorontalo sebagai salah satu Kerajaan Islam paling berpengaruh di Semenanjung Utara Sulawesi hingga ke Sulawesi bagian Tengah dan Timur. Selain pengaruh Kesultanan Ternate, Ulama-Ulama besar yang hijrah ke wilayah jazirah utara dan tengah Sulawesi pun turut mempercepat penyebaran agama Islam di wilayah ini. Selain itu, Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, telah berhasil melakukan upaya penyebaran agama Islam hingga mencapai wilayah Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Kalau ahli sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatra (Barus). Pernyataan yang hampir senada dikemukakan Arnold, bahwa mungkin Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad awal Hijriah. Meskipun kepulauan Indonesia telah disebut-sebut dalam tulisan ahli-ahli bumi Arab, di dalam tarikh Cina telah disebutkan pada 674 M orang-orang Arab telah menetap di pantai barat Sumatra.

Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan (644-656 M), memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam. Namun menurut Hamka sendiri, itu terjadi tahun 42 Hijriah atau 672 Masehi.

Pada tahun 718 M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717 - 720 M) (Dinasti Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz sekaligus berikut menyebut gelarnya dengan 1000 ekor gajah, berdayang inang pengasuh di istana 1000 putri, dan anak-anak raja yang bernaung di bawah payung panji. Baginda berucap terima kasih akan kiriman hadiah daripada Khalifah Bani Umayyah tersebut. Dalam hal ini, Hamka mengutip pendapat SQ Fatimi yang membandingkan dengan The Forgotten Kingdom Schniger bahwa memang yang dimaksud adalah Sriwijaya tentang Muara Takus, yang dekat dengan daerah yang banyak gajahnya, yaitu Gunung Suliki. Apalagi dalam rangka bekas candi di sana, dibuat patung gajah yang agaknya bernilai di aana. Tahun surat itu disebutkan Fatemi bahwa ia bertarikh 718 Masehi atau 75 Hijriah. Dari situ, Hamka menepatkan bahwa Islam telah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah. 

Berkas:Indonesia by Ibrahim Muteferrika (1674-1745).png Peta Indonesia berkisar tahun 1674-1745 oleh Katip Çelebi seorang geografer asal Turki Utsmani.

Selain itu, fakta yang juga tak bisa diabaikan adalah bahwa adanya kitab Izh-harul Haqq fi Silsilah Raja Ferlak yang ditulis Abu Ishaq al-Makrani al-Fasi yang berasal dari daerah Makran, Balochistan menyebut bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada 225 H/847 M diperintah berturut-turut oleh delapan sultan.Bukti lain memperlihatkan telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.

Untuk menjelaskan bagaimana metode penyebaran Islam di Indonesia, Arnold mengutip catatan yang dikutip dari C. Semper bahwa para pedagang Muslim menggunakan bahasa dan adat istiadat orang tempatan. Setelah mengadakan pernikahan dengan orang setempat, pembebasan budak, maka ia mengadakan perserikatan dan tak lupa tetap memelihara hubungan persahabatan dengan golongan aristokrat yang juga telah mendukung kebebasannya. Para pedagang ini, tidaklah datang sebagai penyerang, tidak pula memakai pedang, ataupun memakai kelas atas guna menekan kawula-kawula rakyat. Namun dakwah dilakukan dengan kecerdasan, dan harta perdagangan yang mereka punya lebih mereka utamakan untuk modal dakwah. Selama masa-masa abad pertengahan ini, pedagang-pedagang Muslim turut memberi andil dalam bertumbuhnya perdagangan dan kota-kota yang terlibat di sana. Bersamaan dengan kegiatan dagang orang Tionghoa dari Dinasti Ming, Gresik, Malaka, dan Makassar berubah dari kampung kecil menjadi kota-kota besar dengan penduduk 50 ribu jiwa. Begitupun untuk Aceh, Patani, dan Banten

terdapat 3 teori persebaran agama Islam yang dijelaskan oleh para ahli. Ketiga teori tersebut adalah teori Gujarat yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronje, Teori Persia yang dijelaskan oleh Hoesin Djajadiningrat, dan teori Arab yang dijelaskan oleh Buya Hamka. untuk lebih jelasnya silahkan disimak penjabaran berikut ini.

https://www.youtube.com/watch?v=djyh9tMYlVY&t=890s   <------ Click This Link

Setelah menyimak penjabaran diatas pilih salah satu teori yang paling benar menurut anda. Silahkan jabarkan pendapat anda dengan disertai bukti dari argumen anda terkait teori masuknya Islam di Indonesia. Sertakan gambar peta atau gambar ilustrasi penyebaran agama Islam dari teori yang anda anggap benar sebagai penguat bukti persebaran agama Islam yang menurut anda paling benar. Penjabaran diatas dikerjakan dan diposting menggunakan media Blogger. Pengumpulan paling lambat satu minggu dari tanggal posting Blog ini.     

Wednesday, November 6, 2019

LOGE DE VRIENDSCHAP VAN SOERABAIA CAGAR BUDAYA INDONESIA YANG TERLUPAKAN

Gedung Loge de Vriendschap pada tahun 1800an dengan tahun 2018

PROLOG
KENANGAN
KEPADA PENDONOR GEDUNG INI
B.H.J. van CATTENBURCH
MENINGGAL 29 AGUSTUS 1881
Dapat diartikan bahwa gedung dari Loge de Vriendscap merupakan gedung milik B.H.J. van Cattenburch yang disumbangkan kepada perkumpulan Vriendscap sebagai tempat berkumpul. 

Prasasti ini terletak disamping kanan pintu masuk.
 
Warga Surabaya sendiri juga mengenalnya dengan nama gedung setan. De Vriendshcap dalam bahasa Indonesia berarti Persahabatan. Loge ini didirikan pada 28 September 1809. Inisiator pendirinya adalah Jacobus Albertus van Middelkop seorang ridder-landdrost (kesatria-penguasa) di Java’s Oosthoek (jawa bagian timur) dan juga pemilik Spookhuis didaerah Banyu Urip sekarang. Loge De Vriendschap juga sering disebut dengan Loge Toendjoengan, karena letaknya yang berada di wilayah Tunjungan depan Hotel Majapahit, pusat bisnis dan berkumpulnya orang-orang Eropa ketika itu. Loge ini didirikan pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels (1801-1811) yang juga seorang Mason. Di Surabaya pada masa lalu banyak orang-orang Eropa, diantara Jerman dan Belanda, yang sebagian dari mereka berdarah Yahudi dan menjadi anggota Freemason. Loge De Vriendschap termasuk dari tiga loge terbesar di Hindia Belanda, setelah Loge De Ster in het Oosten di Batavia dan Loge La Constante et Fidale di Semarang. 

Perbandingan ruangan didekat pintu masuk gedung Loge
GEDUNG LOGE DE VRIENDSCHAP 

Jika dilihat dari gambar lama, ruangan yang terletak disebelah kiri pintu masuk ini seperti ruang tamu atau ruang pertemuan dan diskusi. Cukup yakin bahwa foto lama posisinya seperti lokasi pada foto. Hal ini diperkuat dengan lokasi dan bentuk jendela yang sama. Pada awalnya organisasi ini masih memakai rumah-rumah pribadi anggota karena saat itu belum memiliki gedung sendiri, tapi kondisi ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 1811 tuan van Cattenburch menyerahkan sebuah lahan untuk mendirikan sebuah gedung loji, dalam sebuah akta notaris ditetapkan sebagai berikut: “Pada hari ini tanggal 12 Juli 1811, mewakili Leendert Top penulis kerajaan dan kekaisaran, mantan kepala adsministrasi B.H.J. van Cattenburch yang menyatakan keiklasan dan kerelaan menyerahkan padanya seperti yang dia lakukan demi kepentingan organisasi loji De Vrienschap sebidang tanah di jalan yang menuju Simpang selebar 20 kali 30 roed, dengan jangka waktu 100 tahun terhitung sejak hari ini, dengan syarat bahwa apabila organisasi De Vriendschap harus dibubarkan, bidang tanah itu kembali kepada wakil atau pemilik tanah tersebut dengan jaminan sesuai hak-haknya”.Sebuah kepengurusan dibentuk pada bulan Mei 1814, hanya saja kepengurusan ini bertahan sampai tahun 1854 (dibubarkan). De Vriendschap pada masa seabad (1809-1909) dibedakan dalam tiga masa. Masa pertama ditandai dengan karya sosial, masa kedua dengan pelaksanaan berbagai karya masyarakat, masa ketiga pendidikan jasmani dan rohani anggota lebih diutamakan. 

perbandingan ruang utama pada tahun 1800an dengan tahun 2018

bagian sebaliknya dari gambar sebelumnya, perhatikan gambar lantainya


Pada masa pertama sekitar abad XIX, pengurus banyak berkarya untuk tujuan sosial seperti pembangunan tempat ibadah, membantu penanganan kebakaran di Krembangan, membantu fakir miskin di panti asuhan, membantu kebutuhan air di Blitar, dll. Pada gambar lama tampak ruangan pertemuan anggota yang cukup luas, karena lokasi pemotretan yang diujung ruangan. Kesulitan pengambilan gambar yg sama dengan posisi gambar lama dikarenakan ruang ini sekarang terdapat sekat-sekat yang difungsikan sebagai tempat tinggal penjaga bangunan ini. Bukti bahwa lokasi foto lama adalah ruangan ini ada pada bentuk jendela dan lubang ventilasi dari ruangan ini. Bukti lain adalah pintu pada gambar sudah membuktikan kebenaran lokasi ini. 

Lambang dilantai di ruang utama pada gambar sebelumnya

Lambang berikut terdapat di bagian utama ruang pembelajaran. Keadaaan dari lambang ini sangat baik sekali karena hampir semua lambang tampak terlihat jelas. Gedung ini pada masa Bersiap atau masa perang pasca Indonesia merdeka pernah digunakan sebagai tempat Palang Merah Internasional dan penampungan orang-orang Belanda bekas tawanan dari luar kota Surabaya (Interniran perang) yang pada umumnya merupakan rakyat keturunan Belanda yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah kolonial Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Lambang diatas memiliki banyak arti yang diwakili dari setiap gambar, gambar tali menandakan ikatan anggota mason, gapura melambangkan rumah atau pintu masuk bagi anggota mason yang baru, peralatan pertukangan melambangkan peralatan yang digunakan mason dalam melaksanakan tugas mulia (terkait dengan rasional dan IPTEK), Buku dan Jangka melambangkan sains, keteraturan geometrik, keseimbangan rasionalitas, jendela melambangkan kehidupan diluar yang masih sangat banyak akan ilmu pengetahuan yang lainnya, jam pasir melambangkan kehidupan dari manusia yang sementara dan pasti akan habis (berakhir), Pilar Boaz and Jachin yang berada dianatara jam pasir Menurut Alkitab, Boaz and Jachin adalah dua pilar tembaga, kuningan atau perunggu yang berdiri di teras Kuil Salomon dan Kuil pertama di Yerusalem. Lambang ini berarti esoterisme yang kata ini berasal dari kata Yunani kuno ἐσωτερικός (esōterikós) yang berarti suatu hal yang diajarkan atau dapat dimengerti oleh sekelompok orang tertentu dan khusus, dapat juga berarti suatu hal yang susah untuk dipahami. Bongkahan batu kasar melambangkan anggota mason yang baru bergabung sehingga pengetahuannya masih dangkal sehingga diperlukan pembelajaran. Tangga tinggi melambangkan proses masuknya para anggota, dapat juga dikatakan tempat yang tinggi merupakan tempat yang suci untuk memasuki kuil kemanusiaan yang merupakan tujuan dari Freemason, membentuk manusia yang berkarakter sesuai dengan moral dan keyakinan yang dia wujudkan dalam bentuk perbuatan. Pada 5 Juli 1813, Letnan Gubernur Jenderal pada masa kolonialisme Inggris di Jawa, Thomas Stanford Raffles melakukan kunjungan resmi ke Loge De Vriendschap. Dalam kunjungan tersebut, diadakan upacara kenaikan pangkat sebagai anggota Freemason kepada Raffles. Dr. Dirk de Visser Smith seorang Mason yang melakukan penelitian tentang keberadaan organisasi ini di Hindia Belanda dari 1760-1860 memasukkan nama Raffles sebagai anggota Freemason pada 1813. Raffles dikenal sebagai orang yang banyak melakukan penelitian terhadap kebudayaan dan adat istiadat Jawa, sehingga melahirkan buku karya besarnya berjudul “The History of Java”. Ia juga dikenang sebagagai pengasas berdirinya negara yang sekarang bernama Singapura. Selain Raffles. Para pimpinan Loge De Vriendschap berasal dari berbagai macam profesi, seperti; notaris, dewan praja, kapiten Angkatan Laut, apoteker, insinyur, kapiten artileri, presiden dewan konstitusi (Presiden Raad van justitie), mayor jenderal, dan lain-lain. Selain orang-orang Eropa, total anggota Freemasonry di loge ini pada masa-masa awal adalah; 25 orang keturunan Arab (Oosterlingen),12 etnis China, 7 Jawa, 1 Madura, dan 5 Melayu. Foto diatas adalah kelanjutan foto sebelumnya. Lambang pada lantai difoto baru sama dengan foto lama yang menjadi ruang pertemuan anggota Loge De Vriendschap
Ruang makan para anggota Loge de Vriendschap
Foto perbandingan ruang makan para anggota Loge de Vriendschap. Sama seperti ruangan yang lainnya ruangan ini terdapat sekat-sekat yang difungsikan sebagai kamar. Namun untuk ruangan ini kurang terawat karena sudah tidak digunakan lagi (terbengkalai). Bentuk jendela dan pintu dari postingan sebelumnya memastikan bahwa ruangan inilah yang menjadi lokasi ruang makan pada foto lama. Sedangkan dibelakang terdapat ruangan yang dibatasi tembok yang nantinya akan menghubungkan dengan ruangan depan. Hampir masih terjaga keaslian ruangan ini. Bahkan motif lantai masih ada, hanya saja sangat kotor dan banyak barang-barang tak terpakai. Mungkin jika direstorasi akan didapat ruangan yang sama persis dengan foto lama. 



Kipas gantung pada ruang makan, meski sudah terdapat banyak ventilasi dan ukuran jendela begitu besar, nampaknya masih membuat orang Eropa “kepanasan”. Memang suhu di Indonesia sangat jauh berbeda dengan di Eropa terlebih di Surabaya. Perkembangan Loge De Vriendschap’ mengalami banyak kendala mulai saat tentara Jepang masuk ke Hindia Belanda hingga masa Indonesia sudah merdeka. Pada tanggal 7 April 1955 dibuat Yayasan Loka Pamitran ((Lokal) Loge, Pamitran = Persahabatan sama artinya dengan Loge De Vriendschap) untuk menaungi gerak mason ini. Konflik Indonesia dengan Belanda tentang tanah Papua berujung pada pengusiran warga Belanda dari tanah Indonesia dan menasionalisasi bangunan-bangunan kolonial, efek konflik ini membuat loji De Vriendschap memindahkan aktifitasnya ke Belanda dan menutup loji yang di Surabaya mulai tanggal 22 Februari 1959. Bangunan seluas 6.968 meter persegi (dulunya seluas 7310 meter persegi, menyusut karena ada perluasan jalan) yang ada di jalan Tunjungan (jalan Tunjungan nomer 74, 76, 78, 80, 80A, 82, 84, 86) ini masih menyisakan dilema/permasalahan status kepemilikan. Sebagian besar tanah dan bangunan sudah dimiliki pihak Yayasan Loka Pamitran sedangkan ruangan bagian depan menjadi kantor dari Badan Pertanahan Nasional (BPN). Sayangnya pemeliharan bangunan ini jauh dari kata baik, beberapa ruangan dalam bangunan ini terlihat sangat kumuh dan tidak terawat. bahkan ada beberapa ruangan yang sangat lembab memicu munculnya pelapukan didinding bangunan. Perlunya pemugaran pada bangunan bersejarah ini agar dapat menjadi sarana wisata dan pembelajaran sejarah, besarnya nilai dan perjalanan sejarah dari gedung ini telah menjadi saksi bisu kejayaan kolonial masa lalu. Semoga gedung ini tetap terjaga keutuhanya sehingga dapat bermanfaat bagi para akadimisi dimasa sekarang. Rawat atau Musnah, hanya itu pilihan dari kita dalam menyikapi bangunan cagar budaya di Indonesia.
Prasasti yang menyatakan bahwa bangunan Loge de Vriendschap adalah bangunan Cagar Budaya


SELAMATKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA
SELAMI KOTAMU DARI MASA LALU
JAGA KOTAMU DI MASA KINI

Sumber:
Loge de Vriendschap Soerabaia, Gedenkschrift Uitgegeven bij Gelegenheid van het 125 Jarig Bestaan,
Oud Soerabaia, Von Faber,
Wawancara Sam Ardi, periset okultisme dan administrator Grup Telegram Sejarah
Wawancara Bapak Eddi E Samson,
logedevriendschap.nl


AYO IKUTI KOMPETISI " BLOG CAGAR BUDAYA INDONESIA"
"RAWAT ATAU MUSNAH!"

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH5q9p1-0SwCx4ppCNXU1Y37m7oQiElMSuEwopo8nZa7A7kh8O3zundzGNlxGYrUhx3rBaFL6UP5jCjbV5QyqOAFp2UAko18Vz8H0oNkKFtf8EOArHhRX2lgDv1Wf1Uby2CXUtsIr2MD0/s640/Lomba+IIDN.png